MODEL-MODEL KONSELING
KARAKTERISTIK KONSELING
• Proses bantuan (helping process)
• Interaksi/hubungan manusiawi bersifat intelektual, emosional, perilaku
• memfasilitasi perkembangan/pemecahan masalah/pengambilan putusan
Batasan konseling sesuai dengan pendekatan/model masing-masing
BAGAIMANA MEMULAI KONSELING
Teori-Model
Praktik Falsafah Pribadi
Personal Counseling
PENTINGNYA TEORI DAN MODEL
• Mensistematikkan temuan-temuan
o fenomena kompleks ditata sehingga dapat dianalisis,
o memperli¬hatkan kaitan hasil-hasil eksperimen/penelitian membantu pemahaman,
(sejumlah besar fenomena diatur dalam suatu skema yang koheren)
• Melahirkan hipotesis-hipotesis
o teori sebagai pembangkit hipote¬sis penelitian.
o memberi arah di mana mencari jawaban atas pertanyaan.
Menghemat usaha dalam penelitian
• Membuat prediksi
o perlihatkan apa yang mungkin ditemukan, bila dilakukan eksperi¬men/pengamatan.
• Memberikan penjelasan menjawab pertanyaan "mengapa".
o Mengapa terjadi peristiwa-peristiwa tertentu, dan
o Mengapa manipulasi variabel menghasilkan perubahanh pada variabel lain.
Banyak ke¬jadian disebabkan faktor yg tidak diketahui dg sempurna.
Dijelaskan secara teoretis.
TEORI
• sejumlah propo¬sisi yang terintegrasi secara sintaktik: ikuti aturan trt yg dpt
menghubungkan secara logis proposisi satu dengan yang lain; juga pada data yang diamati
• untuk pre¬diksi & jelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati
MODEL
• struktur konseptual dalam suatu bidang
• Bimbing penelitian dan berpikir dalam bidang lain
• biasanya dalam bidang yang belum begitu berkembang
• mempunyai sifat "jika-maka", dan terikat pada teori
VERIFIKASI TEORI/MODEL KONSELING
• Jelas, mudah difahami dan dikomunikasikan, konsepnya serasi
• Menyeluruh, jelaskan berbagai fenomena dalam berbagai situasi
• Membangkitkan riset
• Mengaitkan cara dengan hasil, kaitkan prosedur dan tujuan
• Berguna bagi praktisi
ORIENTASI TEORI/MODEL KONSELING
Afektif
Perilaku Kognitif
Berikut ini perkenalan singkat dengan dengan tiga model konseling yang mewakili corak afektif, kognitif, dan perilaku.
PERSON CENTERED (KONSELING BERPUSAT PRIBADI)
Model konseling berpusat pribadi dikembangkan oleh Carl R. Rogers. Sebagai hampiran keilmuan merupakan cabang dari psikologi humanistik yang menekankan model fenomenologis. Konseling person-centered mula-mula dikembangkan pada 1940 an sebagai reaksi terhadap konseling psychoanalytic. Semula dikenal sebagai model nondirektif, kemudian diubah menjadi client-centered, dan terakhir person-centered. Didasarkan pada pandangan subjektif terhadap pengalaman manusia, menekankan sumber daya konseli untuk menjadi sadar diri self-aware dan untuk pemecahan hambatan ke pertumbuhan pribadi. Model ini meletakkan konseli, bukan konselor, sebagai pusat konseling.
Falsafah dan Asumsi Dasar
Model ini berdasarkan pada pandangan positif tentang manusia yang melihat orang memiliki sifat bawaan berjuang keras ke arah menjadi untuk berfungsi secara penuh (becoming fully functioning). Asumsi dasarnya adalah: dalam konteks suatu hubungan pribadi dengan kepedulian konselor, konseli mengalami perasaan yang sebelumnya ditolak atau disimpangkan dan peningkatan self-awareness. Konseli diberdayakan melalui partisipasi mereka dalam hubungan konseling. Mereka mewujudkan potensi mereka untuk tumbuh, utuh, spontan, dan diarahkan dari motivasi internal (inner-directedness).
Konsep utama
Setiap orang dapat mengarahkan hidup dirinya sendiri. Konseli mempunyai kapasitas untuk memecahkan permasalahan hidup secara efektif tanpa penafsiran dan arahan konselor ahli. Model ini memusatkan proses pada mengalami secara penuh momen saat ini, belajar untuk menerima dirinya, dan memutuskan cara untuk berubah. Ia memandang kesehatan mental sebagai sama dan sebangun antara apa yang orang inginkan untuk menjadi dan apa yang benar-benar terjadi.
Tujuan Konseling
Tujuan utama konseling adalah menyediakan iklim yang aman dan percaya dalam pengaturan konseling sedemikian sehingga konseli, dengan menggunakan hubungan konseling untuk self-exploration, dapat menjadi sadar akan blok/hambatan ke pertumbuhan. Konseli cenderung untuk bergerak ke arah lebih terbuka, kepercayaan diri lebih besar, lebih sedia untuk meningkatkan diri sebagai lawan menjadi mandeg, dan lebih hidup dari standard internal sebagai lawan mengambil ukuran eksternal untuk apa ia perlu menjadi.
Hubungan Konseling
Rogers menekankan sikap dan karakteristik pribadi konselor dan mutu dari hubungan konseli/konselor sebagai faktor penentu utama dari hasil konseling. Kualitas konselor yang menentukan hubungan meliputi keaslian/ketulusan (genuineness), kehangatan (warmth), empati yang akurat (accurate empathy), penerimaan dan penghormatan tanpa syarat terhadap konseli (unconditional acceptance of and respect), memberikan kebebasan (permis¬siveness), kepedulian (caring), dan mengkomunikasikan sikap itu semua kepada konseli. Melalui hubungan sedemikian itu, konseli dapat menerjemahkan belajarnya di dalam konseling ke hubungan di luar dengan orang lain.
Teknik dan Prosedur
Sebab model menekankan hubungan konseli-konselor, teknik-tekniknya terbatas. Teknik hanyalah sekunder dibandingkan sikap konselor. Model ini meminimalkan teknik-teknik direktif, penafsiran, tanya jawab, penyelidikan, diagnosis, dan pengumpulan sejarah. Proses lebih memaksimalkan mendengarkan dan mendengar aktip, pemantulan perasaan, dan klarifikasi. Keterlibatan penuh dari konselor sebagai pribadi dalam hubungan konseling lebih ditekankan.
Aplikasi
Model ini mempunyai lapangan aplikasi yang luas pada banyak situasi pribadi ke pribadi. Ia bermanfaat untuk konseling individu dan kelompok, PBM yang berpusat pada siswa, hubungan orang tua-anak, dan laboratorium pelatihan hubungan antarmanusia; dan utamanya cocok untuk tahap awal kerja intervensi krisis. Prinsip-prinsipnya telah diterapkan pada administrasi dan manajemen dan untuk bekerjasama dalam institusi dan sistem.
Kontribusi
Model ini menjadi salah satu dari yang pertama mematahkan konseling psikoanalisa tradisional, menekankan tanggung jawab dan peran aktip konseli, menghadirkan pandangan yang positif dan optimis dan memberikan perhatian akan kebutuhan untuk memperhitungkan aspek kedalaman pribadi dan pengalaman subjektif. Ia mengutamakan proses konseling yang berpusat pada hubungan dibandingkan mengutamakan teknik. Model ini memusatkan pada peran penting dari sikap konselor. Model telah menghasilkan banyak riset klinis baik dalam hal proses maupun hasil konseling, yang pada gilirannya telah mendorong pelahiran hipotesis-hipotesis tentatatif. Model ini juga telah diterapkan pada orang-orang dari budaya yang berbeda secara bersama-sama. Prinsip-prinsipnya bernilai dan bermanfaat diaplikasikan pada latar multibudaya.
Keterbatasan
Ada kemungkinan bahaya menjadi konselor yang melulu merefleksikan isi, ketika membawa sedikit kepribadiannya ke dalam hubungan konseling. Model terbatas dalam menggunakan bahasa nonverbal konseli. Sebagai suatu model ahistorik cenderung kurang memperhitungkan arti masa lampau. Sebagian dari keterbatasan yang utama tampak bukan karena teorinya tetapi karena beberapa kesalahpahaman konselor terhadap konsep dasar dan aplikasi praktis mereka yang dogmatis.
CHOICE THEORY/REALITY COUNSELING (KONSELING REALITAS)
Figur Kunci dari Konseling Realitas adalah William Glasser (penemu) dan Robert Wubbolding. Model ini telah dikembangkan pada1950-an dan 1960-an. Mula-Mula model ini tidak mempunyai teori sistematik tetapi menekankan individu bertanggung jawab untuk apa yang mereka lakukan. Pada 1970 dan 1980-an Glasser mulai mengajar teori kendali (control theory), yang mengkondisikan bahwa semua orang mempunyai aneka pilihan tentang apa yang mereka lakukan. Pada 1996 Glasser meninjau kembali teori ini dan menamakannya teori pilihan (choice theory), yang menyediakan suatu kerangka kerja tentang mengapa dan bagaimana orang-orang berbuat. Teori Pilihan mempunyai kaitan dengan dunia fenomena konseli dan menekankan cara pandang subjektif di mana konseli merasa dan bereaksi kepada dunia mereka dari lokus evaluasi internal.
Perilaku dipandang sebagai usaha terbaik untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. Perilaku adalah penuh arti, dirancang untuk menutup senjang antara apa yang kita inginkan dan apa yang kita rasa sedang menjadi pada kita. Perilaku spesifik selalu diturunkan dari kesenjangan ini. Perilaku kita datang dari dalam, dan dengan begitu kita memilih tujuan kita sendiri.
Filosofi dan Asumsi Dasar
Konseling Realitas didasarkan pada premis pokok teori pilihan, yang menyatakan bahwa kita adalah makhluk dalam proses menjadi menentukan diri (self-determining being). Oleh karena kita memilih perilaku total kita, maka kita bertanggung jawab atas bagaimana kita bertindak, berpikir, merasakan, dan keadaan fisiologis kita. Premis utama teori pilihan adalah bahwa semua perilaku diarahkan pada memuaskan kebutuhan untuk: survival, cinta dan kepemilikan, keku-asaan atau prestasi, kebebasan, dan kesenangan. Perbuatan dan pemikiran akan perilaku pilihan, yang harus merupakan fokus konseling. Ketika kita mengubah pemikiran dan perbuatan, kita juga secara tidak langsung mempengaruhi bagaimana kita sedang merasakan seperti halnya terhadap keadaan fisiologis kita. Teori Pilihan menjelaskan bagaimana kita mencoba untuk mengendalikan dunia sekitar kita dan mengajar kita cara untuk mencukupi keinginan dan kebutuhan kita secara lebih efektif.
Konsep Utama
Gagasan yang utama adalah perilaku merupakan usaha kita untuk mengendalikan persepsi kita tentang dunia eksternal sehingga mereka cocok bagi dunia internal dan pemuasan kebutuhan (need-satisfying) kita. Perilaku total meliputi empat hal yang tidak dapat dipisahkan, hanya beda dalam komponen: berbuat (acting), berpikir, merasakan, dan fisiologis yang menyertai semua tindakan kita. Walaupun kita semua memiliki lima kebutuhan manusia yang sama, masing-masing dari kita memenuhinya dengan cara yang berbeda. Kita kembangkan suatu "album gambaran mental" ("mental picture album") atau dunia kualitas (quality world) tentang keinginan di dalam diri, yang berisi gambaran yang tepat bagaimana cara terbaik kita untuk memenuhi kebutuhan. Suatu prinsip inti Konseling Realitas/Teori Pilihan adalah bahwa tak peduli bagaimana mengerikan keadaan itu, orang-orang selalu mempunyai suatu pilihan. Penekanan konseling realitas adalah pada asumsi akan tanggung jawab pribadi dan pada urusan terhadap kekinian. Konseling Realitas menolak banyak hal dari tema konseling psychoanalytic, seperti model medis, fokus pada masa lalu, explorasi mimpi, berpijak pada perasaan atau pengertian yang mendalam (insight), pemindahan/transferensi, dan ketaksadaran.
Tujuan Konseling
Keseluruhan tujuan model ini adalah untuk membantu orang menemukan jalan lebih baik dalam memenuhi kebutuhan mereka untuk: survival, cinta dan kepemilikan, kekuasaan/prestasi, kebebasan, dan kesenangan. Pengubahan perilaku perlu menghasilkan kepuasan atas kebutuhan dasar ini. Tujuan lain di samping perubahan tingkah laku meliputi pertumbuhan pribadi, peningkatan, perbaikan lifestyle, dan pengambilan keputusan yang lebih baik. Konselor membantu konseli memperoleh kekuatan psikologis untuk menerima tanggung jawab pribadi atas hidup mereka dan membantu mereka belajar berbagai cara untuk memperoleh kembali kendali hidup mereka dan untuk hidup lebih efektif. Konseli ditantang untuk menguji apa yang mereka lakukan, pikirkan, dan rasakan untuk mendapatkan gambaran jika ada suatu cara lebih baik bagi keberfungsian mereka. Konseli melakukan evaluasi diri yang eksplisit atas tiap komponen perilaku untuk menentukan dan memutuskan jika mereka ingin berubah.
Hubungan Konseling
Konselor memulai proses konseling dengan menjadi terlibat bersama konseli dan menciptakan hubungan yang hangat, yang mendukung, dan menantang. Konseli harus mengetahui bahwa konselor cukup mempedulikan untuk menerima mereka dan untuk membantu mereka memenuhi kebutuhan mereka dalam dunia nyata. Kedua-duanya, keterlibatan dan kepedulian untuk konseli, dipertunjukkan sepanjang proses. Begitu keterlibatan ini telah dibentuk, konselor mulai mengkonfrontasi konseli dengan kenyataan dan konsekuensi tindakan mereka. Sepanjang konseling, konselor menghindari kritik, menolak untuk menerima pemaafan konseli dalam hal tidak menjalankan rencana yang telah disetujui, dan tidak memberikannya dengan mudah pada konseli. Sebagai gantinya, konselor secara terus menerus membantu konseli untuk mengevaluasi kepantasan dan efektivitas perilaku mereka.
Teknik dan Prosedur
Praktik konseling Realitas dapat dikonseptualisasikan seperti siklus konseling, yang terdiri atas dua komponen utama:
(1) lingkungan konseling dan
(2) prosedur spesifik yang mendorong ke arah perubahan perilaku.
Prosedur ini didasarkan pada asumsi manusia termotivasi untuk berubah: (
(1) ketika mereka menentukan bahwa perilaku kekinian mereka tidaklah menjadi sebagaimana
apa yang mereka inginkan dan
(2) ketika mereka percaya bahwa mereka mampu memilih perilaku lain yang akan semakin
mendekatkan mereka kepada apa yang mereka inginkan.
Prosedur yang spesifik dari praktik konseling realitas ini oleh Wubbolding diringkas dalam model "WDEP", yang mengacu pada serumpun strategi sebagaimana berikut:
W= Ingin: menyelidiki keinginan, kebutuhan, dan persepsi.
D= Arah dan perbuatan: memusatkan pada apa yang konseli lakukan dan arah
(tujuan perbuatan) yang membawa mereka pada permasalahan.
E= Evaluasi: menantang konseli untuk membuat suatu evaluasi tentang perilaku total mereka.
P= Perencanaan dan komitmen: membantu konseli dalam merumuskan rencana realistis dan
pembuatan suatu komitmen untuk menyelesaikannya.
Sebagai ringkasan prosedur lebih terperinci yang mendorong kearah perubahan, Robert E. Wubbolding melukiskan "Siklus Memenage, Menyupervisi, Konseling dan Pelatihan." Dalam dua tulisannya: Using Reality Counseling, Harpa Collins,1988; Understanding Reality Counseling, Harpa Collins, 1991sebagai berikut:
PENDAHULUAN:
Siklus terdiri atas dua konsep umum: Lingkungan yang kondusif untuk berubah dan prosedur yang lebih tegas/eksplisit yang dirancang untuk memudahkan perubahan. Tabel ini dimaksudkan untuk jadi suatu ringkasan yang padat. Model ini dirancang untuk digunakan pada karyawan, para siswa, konseli dan hubungan antarmanusia lainnya.
Hubungan antara Lingkungan & Prosedur:
1. Seperti ditandai pada gambar, lingkungan adalah pondasi yang di atasnya penggunaan
prosedur yang efektif didasarkan.
2. Meskipun pada umumnya diperlukan untuk menciptakan rasa aman, lingkungan hendaknya
bersahabat: sebelum perubahan dapat terjadi, " Siklus" dapat dimulai pada titik manapun.
Jadi, penggunaan siklus tidak terjadi dalam penunjukan langkah yang terkunci atau mati.
3. Membangun suatu hubungan menyiratkan pengembangan dan pemeliharaan suatu hubungan
profesional. Metoda untuk memenuhi ini meliputi beberapa usaha pada pihak konselor terkait dengan lingkungan dan prosedur.
LINGKUNGAN:
Lakukan: Membangun Hubungan; Hubungan yang dekat dibangun di atas KEPERCAYAAN melalui keakraban, keteguhan dan kewajaran.
A. Menggunakan perilaku menghadiri atau memperhatikan (attending): kontak mata, postur, ketrampilan mendengarkan yang efektif.
B. AB= " Selalu Jadilah…” (Always Be…): konsisten, ramah dan tenang, meyakinkankan bahwa ada harapan bagi peningkatan (improvement), bergairah/antusias ( berpikir secara positif).
C. Menahan diri dari menilai atau menghakimi: Memandang perilaku dari sudut pandang negatif merendahkan, dalam hal ini perlu diingat bahwa penerimaan tidak selalu mudah.
D. Lakukan yang tak diduga: Penggunaan teknik paradoks (paradoxical techniques) cocok dalam hal ini; demikian halnya reframing dan prescribing.
E. Menggunakan humor: Bantu mereka memenuhi kebutuhan untuk senang dalam batasan-batasan layak.
F. Tetapkan batasan-batasan: hubungan adalah profesional.
G. Berbagi Diri: Self-disclosure dengan tidak melewati batas sangat menolong; menyesuaikan terhadap gaya pribadi yang dimiliki.
H. Dengarkan untuk mengambil kiasan: Gunakan figur mereka atas ucapan, pikiran, dan lainnya.
I. Mendengarkan Tema-tema: Dengarkan perilaku mana yang sudah membantu, pertimbangan nilai, dll.
J. Meringkas & Fokus: Satukan apa yang mereka katakan dengan memusatkan pada mereka daripada atas " Dunia Nyata."
K. Ijinkan atau Memaksakan Konsekuensi: Layaknya mereka bertanggung jawab atas perilaku mereka sendiri.
L. Mengijinkan atau memberi kesempatan diam: Ini mengijinkan mereka untuk berpikir, seperti halnya untuk mengambil tanggung jawab.
M. Menunjukkan empati: merasakan seperti halnya orang yang dibantu itu.
N. Etis: Pelajari Kode Etik dan kemudian mengaplikasikannya, seperti dalam hal, bagaimana cara menangani ancaman bunuh diri atau kecenderungan kejam.
0. Ciptakan antisipasi dan mengkomunikasikan harapan. Konseli harus diajar bahwa sesuatu akan menjadi baik jika mereka mau bekerja
P. Praktek manajemen memimpin, seperti: demokratis dalam menentukan aturan.
Q. Diskusikan kualitas.
R. Tingkatkan aneka pilihan.
Jangan Dilakukan
Membantah, mengelola model boss, menyalahkan, mengritik atau memaksa, merendahkan, mendorong atau memberi peluang pemaafan (excuses), menakut-nakuti, atau meremehkan.
Melainkan, menekankan pada apa yang dapat mereka kendalikan, menerima mereka sebagaimana adanya, dan memelihara kepercayaan bahwa mereka dapat mengembangkan perilaku yang lebih efektif. Lanjutkan penggunaan sistem "WDEP" tanpa mengurangi.
Tindak lanjut, Konsultasi, dan Pendidikan lanjut:
Menentukan suatu cara untuk mereka melaporkan hasail, berbicara dengan profesional lain ketika perlu, dan memelihara program yang berkelanjutan atas pertumbuhan profesional.
PROSEDUR:
Membangun Hubungan: WDEP
A. Menyelidiki kekurangan/keinginan, kebutuhan & persepsi: Diskusikan gambaran album mental atau dunia kualitasnya, yaitu: dalam hal merancang tujuan, gambaran terpenuhi & tak terpenuhi, kebutuhan, sudut pandang dan " lokus kendali."
B. Berbagi keinginan & persepsi: Ceritakan apa yang Anda inginkan dari mereka dan bagaimana Anda memandang situasi mereka, perilaku, keinginan, dan lain lain. Prosedur ini sifatnya sekunder dibanding A di atas.
C. Dapatkan suatu komitmen: Membantu mereka mengerahkan niat dan keinginan mereka untuk menemukan perilaku yang lebih efektif.
Menyelidiki Perilaku Total
Membantu mereka menguji arah hidup mereka, seperti pokok-pokok bagaimana mereka menggunakan waktu mereka. Mendiskusikan bisik diri (self-talk) yang tidak efektif & efektif.
Evaluasi Landasan Prosedur:
Membantu mereka mengevaluasi arah tingkah laku mereka, perilaku spesifik seperti keinginan, persepsi dan komitmen. Evaluasi perilaku yang dimiliki kemudian menindaklanjutinya, konsultasi dan pendidikan lanjut.
MembuatRencana: Membantu mereka mengubah arah hidup mereka.
Rencana efektif adalah sederhana, dapat dicapai, terukur, segera, konsisten, dikendalikan oleh perencana, dan mengikat (tercatat). Penolong persisten/geming, Adapun rencana bisa linier ataupun paradoks.
Catatan: " Siklus" menguraikan petunjuk spesifik & keterampilan. Implementasi efektif memerlukan pengintegrasian yang cerdik & petunjuk keterampilan yang dikaitkan pada lingkungan & prosedur secara spontan & tingkah laku sebenarnya dari kepribadian konselor. Ini memerlukan pelatihan, praktik & supervisi. Kata "konseli" digunakan untuk seseorang yang menerima bantuan: siswa, karyawan, anggota keluarga, dll.
Aplikasi
Model ini aslinya dirancang untuk bekerjasama dengan pelanggar dari kalangan pemuda di fasilitas penangkapan, teori pilihan dan konseling realitas dapat digunakan untuk berbagai permasalahan tingkah laku. Model dapat diberlakukan bagi konseling individu, konseling perkawinan dan keluarga, dan konseling kelompok. Ia telah menemukan aplikasi luas di klinik militer yang menangani korban alkohol dan obat. Digunakan pula pada sekolah dasar dan menengah, model ini telah diberlakukan bagi pengajaran dan administrasi. Teori Pilihan juga dapat digunakan pekerja sosial, intervensi krisis, manajemen kelembagaan, dan pengembangan masyarakat.
Kontribusi
Sebagai model jangka pendek, konseling Realitas dapat diberlakukan bagi konseli dalam cakupan luas. Model ini menyediakan suatu struktur untuk konseli dan konselor dalam mengevaluasi derajat dan naturalitas perubahan. Teori ini terdiri atas konsep sederhana dan jelas yang mudah dipahami oleh banyak orang dalam berbagai bidang jasa, dan prinsip-prinsipnya dapat digunakan oleh orang tua, para guru, pelayan/pejasabantuan, pendidik, para manajer, konsultan, para penyelia, karyawan kemasyarakatan, dan konselor. Sebagai model positif dan berorientasi tindakan, model ini memberikan tawaran bagi berbagai konseli yang secara khas dipandang sebagai "sukar untuk menerima perlakukan." Jantung konseling Realitas terdiri atas menerima tanggung jawab pribadi dan pemerolehan kendali yang lebih efektif. Setiap orang mempunyai tanggung jawab pada hidup mereka bukannya menjadi korban keadaan di luar kendali mereka. Model Konseling ini mengajar konseli untuk memusatkan pada apa yang mereka mampu dan ingin lakukan saat ini untuk mengubah perilaku mereka.
Keterbatasan
Konseling Realitas tidak memberi penekanan cukup pada perasaan, ketaksadaran, nilai terapis bermimpi, penempatan pemindahan/transferensi dalam konseling, pengaruh trauma awal masa kanak-kanak, dan kekuatan masa lalu untuk mempengaruhi kepribadian seseorang. Ada suatu kecenderungan model ini untuk mengurangi peran yang rumit dari lingkungan sosial dan budaya seseorang dalam membentuk perilaku. Mungkin ini lebih merupakan tritmen yang berorientasi gejala dan mengabaikan suatu explorasi isu emosional yang lebih dalam.
Catatan tambahan tahap evaluasai
Inti konseling realitas adalah meminta konseli untuk membuat evaluasi diri, yaitu: "Apakah perilaku kini memberikan kesempatan yang layak dalam menjadikan kamu sebagaimana yang kamu inginkan sekarang, dan itu akan mengarahkan kamu pada tujuanmu?" Melalui keterampilan bertanya, konselor membantu konseli mengevaluasi arah dan perilaku kekinian mereka. Pertanyaan yang diusulkan:
Apakah yang kamu lakukan itu membantu atau melukai kamu?
Apakah yang kamu lakukan sekarang adalah apa yang kamu ingin lakukan?
Apakah perilakumu bermanfaat untukmu?
Apakah ada kongruensi yang sehat antara apa yang kamu lakukan dengan apa yang kamu yakini?
Apakah yang kamu lakukan berlawanan dengan aturan yang ada?
Apakah yang kamu inginkan dapat dicapai atau realistis?
Apakah itu membantu kamu untuk melihatnya bahwa itu cara terbaik?
Seberapa komit kamu kepada proses konseling dan untuk mengubah hidupmu?
Setelah kamu menguji apa yang kamu inginkan secara cermat, apakah itu nampak sebagaimana minat terbaikmu dan minat terbaik orang lain?
TRAIT AND FACTOR COUNSELING
KONSEP-KONSEP DASAR
• Bercorak rasional, kognitif, "Directive Counseling" yang dikembangkan oleh Edmund Griffith Williamson.
• Semula konseling vocational, kemudian peduli pada perkembangan total individu,
• Dasar falsafahnya Personalisme,
• Termasuk pandangan optimis dalam pendidikan,
• Konseling dipandang sama dengan pendidikan, tujuan pendidikan juga tujuan konseling.
• Perhatian utama pada sifat-sifat (traits) yang unik pada setiap individu.
• Utamakan metode ilmiah, rasional, klinis
Trait adalah
(1) kategorisasi untuk mendiskripsikan perbedaan individu dalam bertingkah laku
(2) prinsip pengatur yang dapat disimpulkan melalui pengamatan perilaku.
(3) struktur mental sebagai unsur dasar dari kepribadian.
kepribadian terdiri atas sistem sifat atau faktor yang saling bergantung,
PANDANGAN TENTANG MANUSIA (HUMAN NATURE)
1. Manusia membawa potensi baik dan buruk.
2. Bergantung dan berkembang optimal di masyarakat.
3. Ingin mencapai kehidupan yang baik (good life).
4. Berhadapan dengan "pengintroduksi" konsep hidup baik, dihadapkan pilihan-pilihan.
5. Hubungan manusia berkait dengan konsep alam semesta (the universe)
6. memiliki perbedaan individu
7. memiliki sifat-sifat yang umum.
8. bukan penerima pasif bawaan dan lingkungan.
Pandangan umum mengenai konseling
• Proses yang bersifat rasional dan logis, tetapi tetap dalam pengertian personalistik.
• Bagian komprehensif untuk menolong induvidu tumbuh, memilih, dan menetapkan tujuan: pribadi, sosial
• Tujuan konseling, dianggap sama dengan tujuan pendidikan ataupun pengajaran
• Kedudukan konseling lebih luas daripada psikoterapi.
• Interview konseling merupakan satu jenis hubungan kemanusiaan (hangat,akrab/bersahabat dan empatik), yang dengannya seseorang dapat belajar mengamati dirinya sebagaimana adanya dan menerima dirinya, kekurangannya, kesalahannya, dan potensi serta kecakapannya yang positif".
Aspek-aspek hubungan interview konseling
a. bersifat individual.
b. sangat pribadi (rahasia).
c. bersifat membantu, dan konselor memusatkan perhatiannya kepada konseli.
d. bersifat developmental memperhatikan masa depan konseli.
e. live centered, fokus pada perkembangan individu terutama aspek self-concept dan self-perception.
f. meskipun rasional tidak lepas dari afeksi, aspek afeksi digunakan sebagai tenaga penggerak atau motivator.
g. menekankan pada martabat dan harga diri individu sebagai pribadi.
h. memusatkan penggunaan kemampuan berpikir untuk memecahkan masalah.
Masalah dan Faktor Penyebabnya
Jenis masalah
a. Lack of assurance/Dependence (Kurang percaya diri/begantung),
b. Lack of information (kurang informasi)
c. Lack of skill (kurang keterampilan)
d. Self-conflict (konflik diri)
e. Choice anxiety (cemas memilih),
f. No problem (bukan masalah-masalah di atas),
Faktor-faktor penyebab
internal
Individu banyak dipengaruhi kehidupan emosi, sehingga kemampuan berpikir rasionalnya terhambat.
Potensi-potensinya kurang berkembang atau tidak mendapat kesempatan berkembang secara penuh,
Kurang memiliki kontrol diri.
Memiliki kekurangan tertentu, baik cacat fisik maupun mental, dan yang merupakan faktor keturunan.
eksternal
perlakuan orang tua; terlalu menekan, menolak maupun melindungi
kondisi lingkungan yang memberikan pengalaman traumatik.
kesempatan mengembangkan diri
Konsep Pribadi yang Ideal
• Individu menggunakan berpikir rasionalnya untuk memecahkan masalah.
• Memahami kekuatan dan kelemahan dirinya
• Mampu dan mau mengembangkan potensi positif secara penuh
• Memiliki motivasi untuk meningkatkan diri atau menyernpurnakan diri,
• Memiliki kontrol diri untuk menyeleksi pengaruh yang baik dan buruk, dan
• Dapat menyesuaikan diri di masyarakat sebagai warganegara yang baik.
Kondisi-kondisi bagi Timbulnya Perubahan
Konselor
Peranan
• mengajar/menolong individu belajar memahami dan menerima dirinya
• mengajar/menolong individu mengenali motivasi dan cara mengembangkan kehidup-annya,
• memperhitungkan poin 1 dan 2 dari segi konsekuensi atau implementasinya,
• mengajar individu mengubah tingkahlakunya
Sikap
• sebagai seorang guru,
• tanggungjawab atas keselamatan konseli (yang utama adalah konseli),
• bersedia mengarahkan konseli ke arah yang lebih baik,
• tidak netral sepenuhnya terhadap nilai (value),
• yakin terhadap asumsi-asumsi konseling efektif
Keterampilan:
• berpengalaman, ahli dalam teori perkembangan manusia dan pemecahan masalah,
• dapat memanfaatkan teknik-teknik pernahaman individu teknik testing dan nontesting,
• dapat melaksanakan proses konseling secara fleksibel.
• dapat menerapkan strategi pengubahan tingkahlaku beserta teknik-tekniknya
• menjalankan ke empat peranan utamanya secara terpadu,
Pengalaman konseli
• sedapat mungkin datang sukarela, tetapi jika dikirim tidak terlalu berbeda efektivitasnya,
• bersedia belajar memahami diri dan mengarahkan diri dengan mengubah respon yang kurang tepat.
• menggunakan kemarnpuan berfikir untuk memperbaiki dirinya sehingga dapat mencapai kehidupan yang rasional dan memuaskan.
• bekerjasama dengan konselor dan bersedia mengikuti arahan konselor dalam hal proses pengubahan.
Situasi hubungan
a. thinking relationship tanpa meninggalkan emosi.
b. bersifat pribadi, bersahabat, akrab dan empatik.
c. direktif – promotif
d. remediatif maupun developmental.
e. Setiap pihak melakukan perannya secara proporsional.
Tujuan konseling
a. Self-clarification (kejelasan diri)
b. Self-understanding (pemahaman diri)
c. Self-acceptance (penerimaan diri)
d. Self-direction (pengarahan diri)
e. Self-actualization (perwujudan diri)
Tahap-tahap Konseling
Analisis
• Tujuan pemahaman diri dalam hubungan dengan syarat bagi penyesuaian diri
• Syarat sahih (valid), relevan dan komprehensip.
• Alat: Testing dan nontesting
• jenis
vertikal
- data fisik : keschatan, ciri-ciri fisik, penampakan/penampilan fisik dsb.
- data psikis : bakat, minat, sikap, cita- cita, hobi, kebiasaan, dsb.
Horisontal: keluarga, sekolah, teman, masyarakat, lingkungan fisik
Sintesis
• Ringkas
• Terklasifikasikan
• Jelas hubungan antaraspek
• Menggambarkan keseluruhan (mewakili)
• Jelas kekurangan dan kelebihan
• Terpisah antara yang penting dengan tidak
Cara
• dibuat oleh konselor (pasif)
• dilakukan konseli (aktif)
• kolaburasi
Diagnosis
menginterpretasikan data dalam kerangka problema
melalui penarikan simpulan yang logis.
a. Identifikasi masalah
• kategori sosiologis (masalah pribadi, sosial, ekonomi dll --- tidak disarankan menggunakannya)
• kategori psikologis (lack of assurance, lack of information, lack of skill, dll)
b. Menemukan sebab-sebab (etiology)
• bedakan sebab dari gejala (symptoms).
• bedakan hubungan yang signifikan dan tidak
• penentuan berdasar basil penelitian ilmiah
• pernikiran rasional dalam hubungannya dengan sebab-sebab gejjala,
• menggunakan intuisinya untuk menduga sebab-scbab yang dicek dengan logika maupun reaksi konseli.
• sebab internal dan eksternal
c. Prognosis (tahap ke-4 dalam konseling)
• bagian dari diagnosis. upaya memprediksikan yang akan terjadi berdasarkan data
• kemungkinan yang akan terjadi jika keadaan tetap berlanjul.
• Motivasi berubah,
• kemungkinan jika berubah
Konseling (treatment)
konselor membantu konseli menemukan sumber-sumber pada dirinya, sumber lembaga dan masyarakat guna mencapai penyesuaian yang optimum, mencakup hubungan:
• pembelajaran terbimbing ke arah pemahaman diri.
• reedukasi untuk mcncapai penyesuaian hidup dan tujuan personalnya.
• personalisasi bantuan dalam memaharni dan trampil mengaplikasikan prinsip dan teknik pengembangan kebidupan sehari-hari.
• bimbingan dan teknik yang mempunyai pengaruh pengentasan
• reedukasi bagi katarsis terapiutik.
Langkah:
• kembangkan alternatif pernecahan masalah.
• pengujian alternatif
• pemilihan yang terbaik
• strategi Implementasi
Strategi pengembangan alternatif
• Forcing conformity, memaksa adakan penyesuaian diri
• Changing the environment, mengubah lingkungan
• Selecting the appropiate environment, memilih lingkungan yang sesuai
• Learning needed skills, belajar ketrampilan yang diperlkan
• Changing attitude, mengubah sikap
Follow-up
• Atas masalah baru pascakonseling
• Masalah lama
• Monitoring dan penentuan keefektifan konseling yaug telah dilaksanakan.
Teknik-Teknik Dalam Konseling
1. Establishing rapport (menciptakan hubungan baik).
Ada beberapa hal yang terpenting dan terkait dengan keperluan penciptaan rapport tersebut:
• reputasi konselor, klmsusnya reputasi dalam kompe tensi (competency repulation), konselor harus memiliki nama baik di mata siswa,
• pengbargaan dan perhatian konselor pada individu,
• kemampuan konselor dalain menyimpan rahasia (confidentiality) tennasuk kerahasiaan basil-hasil konseling atas siswa-siswa terdahulu.
2. Cultivating self-understanding (menajamkan pemahaman)
3. Advising or planning a program of action (nasihat atau rencana program tindakan)
a. Dirrect advice, nasihat langsung
b. Persuasive, membujuk
c. Explanatory, menjelaskan
4. Carrying out the plan (melaksanakan rencana)
5. Refferal (merujukkan)
0 komentar:
Posting Komentar